Sabtu, 01 Maret 2014

Memaknai Nightswimming

Selera musik saya mungkin juga layaknya roda, kadang keras (butuh semangat) dan terkadang lembut bagaikan soft fur. Mungkin saya terjebak pada anggapan dikotomi saat itu, dimana semua harus imbang dan berpasangan. Yin dan Yang adalah dua sisi yang saling melengkapi. Jika malam-siang, kanan-kiri saya harus melengkapi sisi keras nan cepat itu dengan lembut dan mendayu-dayu. Ya kadang saya mendengarkan Semakbelukar, band melayu revolusioner yang sudah bubar itu. Kadang pula Pearl Jam. Dan malam itu mungkin waktu yang tepat untuk menjadi jinak dan diam.

Malam itu, malam yang membuat saya harus bertarung dengan kesendirian saya (sendiri dikosan). Waktu itu malam dan kesendirian hampir membuat saya gila. Saya membuang kesunyian dengan lagu dari R.E.M yang telah lama mengendap di laptop setelah berbulan lalu saya unduh. Beberapa lagu dari mereka sudah tidak asing ditelinga macam Man On the Moon dan Losing My Religion. Malam itu memang semua yang saya dengarkan adalah Greatest Hits Collection mereka. Ada 18 lagu.

Saya sedikit tersentak pada track terakhir yang saya dengarkan, kemudian saya mencoba mengulang lagu pada track yang sama. Setelah saya tahu judul lagu tersebut adalah Nightswimming. Saya berkata sendiri ‘apik cak lagune’. Tapi kenapa saya juga ingin berenang malam hari jadinya, sesuai judul lagu itu. Padahal saya tipe orang yang tidak kuat dingin. Untuk wudhu di malam hari jika mau melaksanakan sholat Isya’ pun rasanya seperti ditusuk dingin njengkut yang luar biasa.

Pada malam yang hampir mendekati seperempat itu memang ketika saya merasa tidak ada film yang perlu untuk ditonton, tidak ada buku yang wajib dibaca, dan lagu-lagu yang biasanya sudah terlalu ringkih untuk diputar. Maka saya memilih merebahkan badan sambil memutar lagu dari band yang belum banyak saya dengarkan ini.

Cinta, memori dan harapan meleleh menjadi satu dalam balutan balada melodi indah ketika mendengar Nightswimming.  Bagi saya Nightswimming seperti hujan dibatas kemarau setelah kebosanan saya saat itu. Bosan berteman sepi dan kopi, dan bahkan beberapa pesan singkat di handphone seperti hanya gabungan huruf tak bermakna. Bagaimana kadang lagu balada seperti ini seperti lebih buas dari dari lagu biasanya yang terdengar ditelinga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar