Minggu, 25 Mei 2014

Ketika Hukum Sudah Tidak Relevan


Bagaimana sebuah hukum dibuat? Melalui metode empiris atau dalam setahapan pemikiran logis dari filsafat yang berfikir keras mengenai hukum itu sendiri. Bagaimana semua itu dijalankan? Dengan segala jenis pemaksaan dan pelarangan? Apalah yang kita lakukan untuk menghadapinya? Mentaati atau dengan keterpaksaan berusaha untuk tidak melanggar apapun yang tertulis dalam sebuah bentuk aturan yang (mungkin) tak pernah kita setujui.

Berhari yang lalu saya sempat menonton film besutan John Hilcoat, Lawless yang berkisah tentang 3 bersaudara yang menjual minuman keras secara ilegal, undang-undang yang ditetapkan pada saat itu adalah melarang bisnis seperti ini. Sebagai gantinya Bondurant harus membayar sejumlah uang untuk uang tutup mulut kepada penegak hukum. Forrest Bondurant si pemimpin keluarga menolak membayar sejumlah uang itu. Pada akhirnya keluarga mereka mendapatkan teror, ancaman kematian, dan percobaan pembunuhan oleh orang bayaran.

Suatu malam 2 orang tak dikenal menggorok leher Forrest, dia hampir mati jika tidak diselamatkan oleh Maggie, perempuan yang bekerja untuk Bondurant yang membuat Forrest jatuh cinta padanya. Malam itu Maggie menemukan Forrest tergeletak di halaman bersimpah darah dan kemudian membawanya ke rumah sakit. Namun Maggie tidak menceritakan hal yang sebenarnya, dia mengarang cerita bahwa Forrest sendiri yang berjalan ke rumah sakit sejauh 20 mil dalam kondisi sekarat, hal ini dia lakukan untuk menjaga mitos yang selama ini berkembang. Bahwa Forrest Bondurant adalah seorang yang tidak bisa ditaklukkan, dia tidak bisa mati. Hal lain yang tak diceritakan Maggie bahwasanya dia telah diperkosa 2 orang yang mencoba membunuh Forrest.

Keluarga Bondurant adalah sebuah representasi dari sebuah keluarga yang tidak mau diperbudak orang lain. Mereka memilih untuk diperbudak prinsipnya sendiri, bahkan dengan segala resiko yang mereka terima. Konsekuensi dalam menjaga cara lama yang sudah mereka jalankan bertahun-tahun, menetang kotornya sebuah sistem dan menjadikan pemberontakan sebagai usaha untuk mencabut perlindungan hukum.

Si bungsu dari keluarga Bondurant, Jack yang dianggap paling lemah akhirnya berhasil menjalin bisnis dengan gangster Floyd Banner, dari Floyd Banner pula Jack mendapatkan alamat orang yang berusaha membunuh Forest. Sejak saat itu Jack berubah menjadi seorang ekshibisionis karena jatuh cinta pada seorang wanita bernama Bertha. 

Deputi Charlie Rakes orang yang selama ini ada dibalik penyerangan-penyerangan yang terjadi ke keluarga Bondurant, membuntuti Jack dan Bertha saat mereka menuju Still (alat yang digunakan untuk membuat minuman keras). Tempat Still ini tersembunyi di dalam hutan dan tak banyak orang yang tahu. Itulah sebabnya Rakes selama ini tak menemukan tempat ini, hingga mereka membuntuti Jack dan Bertha. Sempat terjadi baku tembak disana, sebelum akhirnya petugas hukum meledakkan still itu. Cricket Pete yang merupakan pembuat wiski terbaik mereka, tewas dibunuh oleh Rakes.

Jack menyimpan dendam yang besar karena kematian Pete. Pada akhir cerita terjadi baku tembak di perbatasan, tetapi para sheriff akhirnya malah berbalik membela keluarga Bondurant karena kesombongan Rakes. Rakes tewas ditembak Jack. Setelah hari itu larangan UU dihapus dan mengakhiri konspirasi besar yang terjadi. 

Selasa, 20 Mei 2014

Yang Tersisa dari Praktik Kerja Lapangan


Tanggal 14 Mei lalu menjadi akhir saya di tempat yang kemudian kusebut sebagai pengalaman kerja pertama ini. Saya telah begitu banyak belajar dari tempat PKL ini. Bukan saja ilmu, malahan saya rasa ilmu yang saya dapat dari sini tidaklah sebanyak pengalaman yang saya dapat ,mengenai sisi humaniora. Sebagai manusia untuk lebih manusiawi lagi.

Dalam waktu ini saya ingin menyampaikan terimakasih banyak kepada semua rekan, karyawan dan warga sekalian. Kami telah diajarkan banyak hal. Tidak ada yang lebih pantas kami sampaikan selain permintaan maaf karena telah menyusahkan kalian selama ini. Satu hal yang benar-benar saya yakini sekarang adalah perihal pengetahuan itu banyak terdapat di buku-buku, tetapi dari semua itu lebih penting bagi kita untuk mendapatkan pengetahuan tentang hidup. PKL hanyalah satu sisi lain yang saya dan kawan-kawan lain lakukan tak lebih untuk memenuhi tugas akhir sebenarnya.

Ingin sekali saya sampaikan terimakasih yang begitu besar bagi Ahmad Fauzi, bukan saja karena telah memberikan kami waktu libur selama 10 hari untuk pulang kampung, tetapi sebagai pembimbing lapangan kami yang telah memberikan beberapa wejangannya yang berharga kepada kami ini. Kepada bang Buluk yang beberapa kali saat kami datang membikinkan kopi teko yang bahkan sampai sekarang masih kami harapkan untuk tersaji setiap hari. Bang Dartok dengan segala keramahan dan pelajaran tentang ternak ayam. Bang Lebeng dengan gaya tak bersalahnya yang pada suatu hari kemarin sempat menemani kami berburu lindung. Bang Alih, kami rindu lelucon-lelucon gila mu, iya guyonan tentang tukang ngarit yang ngondek disebelah empang. Tingkah jahil yang tak pernah ada bandingannya diantara kawan lain disitu. Terakhir adalah bang Rolli yang saya sebenarnya masih sedikit menyimpan sebuah rasa penasaran. Termasuk ketika beberapa kali mendengar cerita tentang bang Rolli dari mas Ahmad Fauzi.

Tak terhitung tawa bersama saat disini, beberapa pengalaman baru yang tak akan saya bilang sebagai pengalaman biasa. Suatu saat kami mungkin akan merindukan hari-hari seperti ini walaupun pada saat PKL kami selalu berharap agar PKL ini cepat-cepat selesai.

Terima kasih, kami doakan beliau-beliau sehat selalu.

Kamis, 01 Mei 2014

Sejenis Sapaan Untuk Gadis Tersayang

Perempuanku, kamu baik-baik saja kan?

Aku sudah lama tidak merayumu lagi. Tidak membual lagi, menggodamu masalah kulit yang kuning langsat. Dulu waktu awal-awal kita berpacaran hampir setiap hari aku menghujanimu dengan bualan. Tak jarang kamu hanya tersipu malu mendengar itu. Aku ingin merayumu lagi, lewat tulisan ini. Yang mungkin kau sudah bosan dengan segala bujuk seperti dulu.

Kamu yang sedikit banyak mengajari aku untuk membual, meskipun aku menyebut itu bukanlah bualan. Lebih kepada kejujuran, dan aku tak pernah berlebihan melakukan hal itu kan. Kau tahu itu? Karena aku sadar kapasitasku bukan seorang perayu yang handal. Dalam memikat hatimu pun aku merasa tidak banyak merayu dengan kata-kata. Aku lebih suka menunjukkannya secara langsung, aku lebih suka menepati janjiku.

Mungkin karena rayuanku terlalu garing dan membosankan yang tak jarang aku tak mendapat respon dan perhatian darimu. Hidup bersama selalu mengajarkan berbagai hal yang pada akhirnya tentang menerima kekurangan masing-masing. Hidup bersama sejauh ini membuatku untuk takut kehilanganmu. Aku takut tak bisa menemukan lagi orang seperti kamu dimasa depan jika berpisah. Siapa yang bisa berakal sehat saat patah hati? Aku tidak pernah malu mengakui sisi sentimen ini. Kamu tidak akan percaya ini pria yang sama yang pernah intens mendengarkan Loveless yang merupakan salah satu album My Bloody Valentine. Benar kan perempuanku?

Gadisku yang menggemaskan,

Aku tahu kini kau semakin sibuk dengan perkuliahanmu. Dengan silabus, dengan RPP atau apalah lagi. Bahkan tak sejengkalpun aku mengerti itu. Dan aku merasa berutung kamu tiap hari masih sempat mengabariku dengan beberapa pesan singkat, walaupun tak jarang kau meninggalkanku ditengah percakapan, dan aku merajuk.  Dan kamu menenangkanku, mengalihkan pembicaraan yang membuatku tertawa, dan aku kembali seperti semula sebagai pria yang sangat merindukanmu.

Kadang aku ingin sekali memperbaiki kelemahanku dalam berhitung dengan belajar darimu. Maklum semua orang tahu kapasitasmu sebagai mahasiswa jurusan Matematika. Berhitung dari yang sangat sederhana mungkin, dari menghitung volume kerucut atau menghitung probabilitas, berlanjut ke integral parsial. Aku tidak sabar menantikan hal itu.

Gadisku yang selalu melemahkanku,

Selama ini sudahkah kita mencoba memahami celah masing-masing, sudahkah kita mencoba untuk mengerti lebih dalam satu sama lain. Ini memang sulit perempuanku, sangat berat untuk dapat mengerti seseorang hanya dalam 2 tahun yang kita lewati ini. Tapi aku selalu mencoba. Aku selalu mencoba untuk membuat semuanya tampak jelas antara hitam dan putih. Sayangnya aku selalu terjebak diantaranya, di sisi yang abu-abu, belum jelas, seperti temaram senja, agak buram.

Bagimu bagiku tidak ada kelemahan yang pantas untuk dipermasalahkan kan? Aku mencintai kelemahanmu. Menjadi sederhana tidak akan menunjukkan kelemahanmu. Banyak-banyaklah bersyukur agar dapat lebih bahagia menjalani hidup, tak usah risaukan celahmu. Semoga saja kita memang diciptakan Tuhan untuk bersama. Karena kamu tahu? Apa yang disatukan Tuhan tidak akan pernah mungkin dapat dipisahkan oleh manusia. Doakan aku agar segera dapat menyelesaikan tagihanku diakhir semester ini. My hug from a far.