Ada satu pernyataan dalam
pemasaran yang mengatakan bahwa “Sebenarnya
saya tidak terlalu tertarik dengan produk itu. Tapi produk itu mengigatkanku
dengan sesuatu yang berharga bagi saya. Makanya saya membelinya.”.
Ini penting. Sebuah dorongan
untuk merubah pikiran seseorang datang dari sebuah iklan atau promosi akan
sebuah produk. Dengan kata lain pengaruh iklan begitu vital. Inti utama dan yang pertama tentunya membuat promosi menjadi
menarik agar mendapatkan perhatian.
Teknik-teknik dalam marketing
ataupun beriklan sudah sangat luas. Saking luasnya cara promosi lama yang salah
satunya disebut dengan word of mouth
sepertinya sudah tidak menemukan relevansinya lagi. Sudah saya buktikan pada
tugas akhir saya pada aspek pemasaran saya memasukkan cara promosi usang ini,
nyatanya dicerca habis oleh dosen pembimbing saya. Cara promosi dari mulut ke
mulut sudah digantikan perkembangannya dengan sesuatu cara promosi yang lebih
terstruktur dan jelas seiring teknologi yang semakin maju.
Berkaitan dengan tahun ini, tahun
yang disebut sebagai pesta demokrasi. Cara-cara promosi capres –kampanye-
semakin beragam. Bukan hanya dengan promosi yang sehat, cara yang bisa dibilang
agak menyimpang pun tak jarang dihalalkan mereka. Kasus baru-baru ini tentu
saja masalah Setyardi Budiono dengan kontroversi majalah Obor Rakyat nya. Pada
majalah ini antara fakta ataupun kampanye hitam juga masih terasa blur.
Pikir saya untuk masalah kampanye
ini Prabowo lebih unggul, Prabowo pintar menyasar golongan muda dalam
promosinya atau dalam hal marketing disebut segmentasi yang ditetapkan Prabowo
adalah golongan muda yang bergejolak dan selalu ingin perubahan.
Berkaca dari media yang paling
umum seperti media televisi Prabowo membuat iklan memanfaatkan olahraga paling
populer di Indonesia yaitu sepakbola, dalam salah satu Prabowo iklan bahkan capres
nomor urut satu ini terlihat sedang bermain bola dengan anak-anak. Dengan
awalan iklan yang selalu narsis ‘saya Prabowo Subianto’ dan seolah ingin
menunjukkan eksistensinya atau memunculkan ingatan dibenak rakyat. Ini juga hal
penting dalam marketing saya kira,
pengulangan-pengulangan yang berkelanjutan memunculkan stimulasi di benak
konsumen yang dalam ingatan dalam jangka panjang. Ini brand image yang coba dimunculkan oleh Prabowo.
Beda dengan Jokowi, capres nomor
urut dua ini, jika saya bilang bermain diwilayah promosi yang agak berbeda.
Blusukan kini menjadi ciri khas yang membedakan dengan Prabowo, ini menjadi
poin plus sendiri dimata rakyat. Rakyat memaknai apa yang dilakukan Jokowi ini
sebagai suatu sikap yang pro rakyat. Walaupun memang tidak terlepas dari
kampanye dimedia televisi. Iklan Jokowi lebih menegaskan kesederhanaan yang menjadi
citra dirinya saat ini.
Pesta demokrasi tahun ini memang
sangat berbeda, beberapa pihak yang dulu anti politis juga apatis, justru tak
segan menunjukkan pilihan mereka. Hal ini sangat erat dalam kampanye yang
dilakukan oleh capres yang mencalonkan diri. Saya kira visi misi kedua calon
tetaplah seragam dan terkesan biasa saja. Ada beberapa poin yang saya kira
mengarah ke ambiguitas malahan.