Selasa, 03 Februari 2015

Ulasan Film : Life Of Pi





“Tuhan bekerja dengan cara yang misterius” (potongan dialog dari film Life Of Pi)

Saya berhutang inspirasi dari Ang Lee melalui film Life Of Pi. Tentang menjaga kewajaran dalam kehidupan yang tidak adil ini. Banyak film yang telah saya tonton sampai saat ini, namun saya kira tidak ada yang semegah ini. Dari kekuatan cerita maupun pesan yang ingin disiratkan.

Setiap yang kita yakini pasti memiliki cela, dengan berbagai keraguan yang menyelimuti. Seperti juga agama, Pi menganut tiga agama sekaligus. Dilahirkan dan mendapatkan keimanan sebagai seorang hindu, menemukan kasih Tuhan lewat Yesus dan mendapat ketenangan dan kebersamaan dalam Islam. Pi mengalami apa yang pasti dialami oleh perjalanan hidup manusia, keraguan dengan Tuhan.

Manusia berproses untuk menjadi hari ini, tujuannya satu menjadi lebih baik. Seorang yang beranjak dewasa yang mulai bertanya pada dirinya sendiri tentang apapun, mulai mempelajari dunia dan memberi makna pada sesuatu. Pada sebuah scene terlihat kegundahan hati Pi sambil membaca buku Albert Camus, selalu ada fase dimana kita menganggap hidup sesuatu yang nihil dan tidak punya esensi apa-apa.

Suatu hari Pi beserta keluarganya terpaksa pindah karena dewan kota berhenti mendanai kebun binatang milik mereka. Tujuannya ke Kanada, beserta hewan-hewan di kebun binatang mereka bawa serta. Keraguan iman Pi diuji lebih berat lagi ketika badai menerjang kapal yang ditumpanginya. Pi terjebak dalam sekoci perahu penyelamat bersama seekor harimau bengali dewasa. Berhari-hari, bahkan berbulan Pi terapung di lautan Pasifik bersama hewan itu. Tak pernah terbayangkan ketika ember, jaring, dan sebuah buku paduan bertahan hidup di lautan adalah harta yang paling berharga buat Pi. Ditengah itu Pi sempat bertanya-tanya dan marah kepada Tuhan karena badai yang turun mengombang-ambingkan sekoci lagi hingga nyaris tenggelam. Pi marah kepada Tuhan atas apa yang dilakukan kepadanya. 

Dalam pergulatannya dengan samudra, Pi menemukan palau karnivora penuh meerkat. Pi sempat berharap dapat tinggal selamanya, sebelum menyadari bahwa pulau ini tak bisa ditempati oleh manusia. Segalanya yang diberikan pada siang hari akan diambil lagi pada malam hari oleh pulau ini. Akhirnya Pi melanjutkan pelayarannya dan pergi dari pulau yang tidak ada di peta maupun buku-buku ini.  Sebuah monolog yang dikatakan Pi “ketika tidak ada harapan untuk diselamatkan, Ia (Tuhan) memberiku ketenangan lalu memberiku pertanda untuk melanjutkan perjalananku.”

Dalam kebuntuan-kebuntuan yang seringkali dialami Tuhan selalu bersama menjaga dan mengawasi. Selayaknya kita selalu meyakini bahwa kehidupan kita terbentuk dari pertanyaan dan keraguan-keraguan yang tak pernah terjawab. Sampai pada titiknya semua pergi lalu menghilang, seperti kata Pi “pada akhirnya kita pasti akan melepaskan sesuatu dalam hidup ini.”
 
Setiap orang memiliki ceritanya sendiri dalam menemukan usahanya Tuhan termasuk Pi yang pernah berada pada fase antara hidup dan mati. Film ini didominasi oleh monolog-monolog yang panjang, hampir sepanjang film. Sekalipun begitu tidak membuat film ini menjadi kering dan membosankan. Banyak peristiwa yang harusnya dapat kita ambil hikmahnya. Pada akhirnya bermuara pada keyakinan kita akan Tuhan. Saya ingin seperti Pi yang tidak menyerah dalam keadaan apapun.