Jumat, 14 Februari 2014

Suara Kami, Meski Agak Serak

Sejak awal Januari lalu desa tempat kelahiran saya sedang ribut-ribut terkait masalah PJ (Pengganti Jabatan) yang tak kunjung usai. Masa jabatan nomor satu desa lowong karena masa jabatan Kepala Desa Moh. Sarpin sudah habis, dan pemilihan masih akan dilakukan tahun depan. Saya sedang membicarakan desa Paringan, jika kalian ingin tahu tentang desa ini bisa lihat informasi  disini atau ini.

Akar masalah bermula ketika Camat memilih mengganti PJ dengan pilihannya sendiri, padahal sebelumnya warga desa Paringan sudah menyiapkan pengganti yang sesuai pilihan mereka, tetapi Camat malah memilih orang dari daerah Desa Sooko sebagai PJ tanpa sepengetahuan dan persetujuan warga. Ini yang membuat warga desa marah dan akhirnya melakukan demo pada 9 Januari lalu.



Saya yang pada pertengahan Januari lalu sempat pulang memang merasakan betul bagaimana atmosfer peristiwa ini begitu bergaung, saya selalu mendengarkan pembicaraan yang sama di banyak tempat, di warung-warung kopi, di antara tokoh desa yang sibuk menghadiri rapat, bahkan di tangkringan dekat gardu sebelah rumah saya.

Warga memang tidak main-main dengan masalah ini, sampai-sampai mereka menyegel Kantor Kepala Desa. Empat hari yang lalu, lihat ini, ini, dan ini.



Saya memang masih awam dan tak terlalu tahu tentang hal ini, namun dari beberapa pembicaraan yang saya dengar, saya menyimpulkan bahwa ini hanyalah perdebatan antara warga Desa Paringan dan camat yang punya senjata SK dari Bupati itu. Bahkan sebenarnya ini layaknya perang yang sulit dimenangkan oleh warga desa. Karena SK dari Bupati tentu saja akan sulit untuk dicabut. SK itu saya pikir terlalu kuat karena langsung keluar dari Bupati.

Tetapi kawan-kawan saya tahu kalian semua memegang prinsip bahwa hidup yang layak adalah dengan memberontak, tidak hanya adem ayem seperti yang lain. Mungkin desa sebelah selalu baik-baik saja, mungkin pula kita tak terlalu tunduk pada otoritas yang mengatur kita. Tapi kalian semua tidak seperti itu, kalian semua melakukan itu karena memegang nilai-nilai dan berontak karena telah ada yang menodai nilai yang selama ini kalian yakini itu. Mungkin kalian sudah terlalu fasih memaknai lagu Bongkarnya Iwan Fals.

Mengkritisi otoritas itu perlu, turun ke jalan itu perlu, jika memang jalur musyawarah yang selama ini dianggap sampah oleh mereka. Tidak perlu babibu, hanya lakukanlah aksi nyata seperti... ya mungkin menduduki kantor adalah hal yang tepat.


Kepada kalian Bago yang selalu menjadi koordinator aksi di Dusun kita, Kasbon yang rajin mengabarkan kepada kawan lain melalui media sosial, Tobing yang selalu di garda depan pada saat aksi nyata kita, si Jack juga, Ngarun juga, Rembyung juga dan warga Paringan secara umum yang telah kompak menyuarakan keberatan kita ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar