Alright, setelah mati lampu dan memasanaskan air
untuk membuat secangkir kopi kapal api yang entah punya siapa sejak kemarin
tergeletak dimeja samping galon. Saatnya menulis lagi, tapi ampun hari ini
sinyal hape ikut-ikutan ngajak ribut, mungkin karena hujan, mungkin juga karena
mati lampu. Ah dari mana analisis itu datang? Mengaitkan keadaan yang terjadi
ke sesuatu yang lain. Hal itu mengingatkan saya pada hari-hari 2 tahun lalu, dimana seorang kawan saya yang
paling sering mengajak saya debat. Ratusan kali saya beradu argumen dengan dia,
bahkan dalam percakapan itu dia sering membawa-bawa soal agama. Dan itu terjadi
dan terjadi lagi, saya pasti kalah jika hal itu sudah dibawa kepermukaan karena
jika melanjutkan percakapan ini pasti akan ada yang tersinggung. Makanya saya
selalu menghindarinya dan lebih memilih diam. Terserah dia mau bilang saya
kalah, kehabisan akal, dan mungkin terlalu lelah. Sayangnya mungkin alasan
terakhir itu tak pernah terfikirkan olehnya. Dia memang pandai bicara walaupun
tak mengerti betul tentang sebuah teori, kepandaiannya dalam berbicara selalu
menutupi semua itu. harusnya saya banyak berterimakasih dengan dia, karena dia
mengajarkanku tentang membuat segalanya tampak mungkin, bahkan dari sekedar tidak
mengerti apapun menjadi sok mengerti. Mengajarkan bahwa segalanya mungkin
bahkan dengan keidakmungkinan itu sendiri. Thanks
for the damn memories who make me like a king of fool. Remember!! Someday i'll
be back to kill your mind. Isn't a nice joke? hahaha