Minggu, 26 Februari 2012

Kala Negara Bukan Naungan yang Indah



Sudah banyak yang mencela negara ini, sudah banyak mandat-mandat yang diberikan agar negara ini mulai mengubah atau setidaknya memerbaiki semua kenyataan yang mereka dapati. Saya sendiri masih bingung dengan apa itu yang disebut dengan kata "negara". Karena saya hidup dengan kenyataan berjalan dengan sendirinya. Lalu apa peran negara sesungguhnya? Apakah negara hanya  penyebutan suatu  naungan masyarakat tertentu atau pemberian nama suatu wilayah yang terbatas. Yang saya dengar pengertian negara
lebih dari sekedar nama/tanda sebuah wilayah tertentu.

Jika Anda hidup di Indonesia pasti Anda menyadari. Hidup kita disini seperti berjalan sendiri, negara sering mengabaikan fungsi utama untuk mensejahterakan rakyat, alhasil kita berusaha sendiri, memecahkan masalah sendiri dan sangat mungkin menghakimi sendiri, karena aparat memang semakin tidak bisa diandalkan untuk sekedar memecahkan masalah. Mereka baru akan bertindak jika suatu kasus sudah memakan korban. Tanpa mengecilkan peran negara yang telah membangun rumah sakit umum yang di belakangnya banyak tikus-tikus liar yang rakus atau mungkin tentang penarikan pajak bangunan yang setiap tahun terus mengalami peningkatan. Secara konsep jelas negara kita demokrasi dengan semua tetek bengek rules yang mengarah ke kebebasan dan penghargaan HAM (atau pengertian bebas hanya untuk mereka orang atas yang bebas mempermainkan hukum dan semua kompleksitas literatur  yang ada).  Mereka pikir apa yang mereka lakukan, menari-nari di tengah negara yang 90% masyarakatnya masih hidup dibawah garis kemiskinan, dimana nurani mereka?

Anda tentu masih ingat beberapa atau bahkan semua bentuk kasus kekonyolan yang ada di negara ini. Atau mungkin Anda sendiri yang mengalami. Rezim pemerintahan yang jauh dari kata tegas membuat semua seperti berhak mendapatkan apapun dengan cara mereka tanpa peduli aturan ini itu. dengan kata lain cara kerja yang lambat dan penuh aturan membawa dampak cukup besar, bisa dikatakan memprihatinkan. Kepentingan otoritas telah sampai kepada kata memuakkan. Kaum-kaum yang menyumbangkan pendapat dan ingin memperjuangkan negara juga seperti dianggap musuh otoritas. Musuh yang harus diberantas dan dimusnahkan agar tak menganggu kesinambungan tak punya nurani ini.

Tak ada habisnya memang jika kita mencoba menguak siapa yang patut dipersalahkan. Saya rasa sebenarya tak ada yang salah dengan rencana-rencana pemerintah tapi oknum-oknum nakal yang terlibat didalamnya yang menjadi permasalahan pelik. Korupsi dan penyuapan sering mewarnai keterlibatan oknum-oknum tersebut yang akhirnya berdampak pada pemerintah yang tidak dipercayai oleh rakyatnya sendiri. Semua memang kembali ke ketegasan negara dalam memberantas mereka. Ada memang salah satu badan yang dikhususkan menangani korupsi. Tapi inilah uniknya negara ini. Bagaimana mau menyelesaikan kasus korupsi yang ada, jika dalam lembaga itu sendiri di penuhi tikus-tikus busuk yang berkedok dalam naungan lembaga pengadil. Untuk apa itu semua? Sudah tidak adakah orang jujur di negara ini?

Picik rasanya memang jika saya bicara panjang lebar tanpa memberikan solusi, jika kita lihat dari segi pemerintahan jelas harus diubah, setidaknya diperbaiki dalam pelaksanaannya. Kemudian hukum yang adil bukan hanya untuk kalangan masyarakat kecil, tetapi hukum yang tak memandang siapa atau berapa jumlah uangnya, itu yang kami harapkan. yang terakhir ratakan pembagunan yang ada, dari pembayaran pajak rakyat.

Saya sadar memang mudah berbicara seperti yang saya lakukan ini, tapi dengan pelaksanaan yang tak kunjung datang ataupun dimulai rasanya ke depan saya tidak yakin negara ini akan bertahan lebih lama. Yang dapat saya lakukan hanya protes lewat tulisan-tulisan seperti ini, dan itu sungguh amat sangat terlalu tidak penting bagi mereka(maaf jika terlalu banyak menggunakan penekanan kata). Namun atas nama orang-orang yang dirampas haknyalah hingga datang pemikiran seperti ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar