Selasa, 07 Februari 2012

Senandung di Hari yang Panas

Teruntuk sahabat terbaikku
            Di hari yang secerah ini, tiba-tiba aku teringat tentang kegilaan-kegilaan kita dulu, entah mengapa ide-ide liar selalu terkesan ataupun terlihat keren jika didiskusikan denganmu. Suatu siang panas yang membuat kita menghabiskan 1 galon air minum, kita berdiskusi dan membuat sketsa rencana tentang modifikasi, setelah berputar-putar dan mensket rencana realisasi kita sepakat untuk membuangnya saja ke tempat sampah di seberang jalan. Atau  tentang sebuah helm bekas yang jauh dari kata keren, dan bahkan sebagian darinya legam terbakar api. Entah apa yang salah jika kita yang memakainya selalu nampak keren. Ah....mungkin itu hanya fantasi kita sebagai orang yang tidak pernah dianggap keren oleh orang lain. Kau tidak sekedar sahabat tapi juga orang yang menyenagkan, humoris, periang, atau sekedar orang biasa dengan tingkah laku luar biasa bahkan bisa menyaingi orang psikopat pada suatu waktu. Hari-hari penuh kekonyolan dan tawa riang selalu memenuhi hari yang bahkan saat mentaripun enggan berpijar, kita tetap setia layaknya dua orang bodoh dengan hal bodoh yang dilakukannya. Akhirnya jalan hidup jua yang memisahkan kita, kita tak lagi dipertemukan pada jalan yang sama. Lekat dalam ingatan saat kita melakukan tingkah-tingkah gila yang membuat kita mendapat masalah karena kegilaan itu, tapi masalah-masalah tersebut akhirnya malah jadi bahan tertawaan di kala malam telah larut. Imajinasi kita terlalu tinggi sebagai orang yang tidak ingin semua imajinasi itu terwujud. 5 tahun terasa sudah tanpa hadirmu dan hal-hal absurd yang kita pikirkan. Tak ada atau mungkin belum ada teman sepertimu yang bisa kuajak berdiskusi tentang kucing tetangga pencuri makanan kita, pohon-pohon yang menganggu cabang pohon lainnya, atau tentang burung milik pak lurah dengan kicauan anehnya. Suatu ketenangan mungkin kurasakan saat ini setelah kau menghilang ditelan malam, ketenangan yang hampir saja membunuhku atau memang sudah membunuhku dan kini aku seperti mayat hidup.

            Aku mulai berteman dengan dia, saat dia mulai terlibat dalam suatu kegiatan yang biasa aku lakukan, sebelumnya dia hanya sering kulihat mondar-mandir di jalan depan rumahku.

            Hambar jua memang tanpa tanda-tanda kedatanganmu, walaupun beberapa hari sekali kita berkomunikasi lewat SMS. Rasanya itu takkan mengembalikan hari-hari terlewat, tanpa melewatkan kehidupan nan penuh dengan keanehan semata. Kita berdua memang aneh, seaneh tulisan cakar ayammu yang kau tulis pada secarik kertas sampul buku milik adikmu. Cerita kita seperti kebanyakan cerita di dalam dongeng pengantar tidur. Senang, duka, dan canda tawa kita lewati bersama kebersamaan. Terlewat pada suatu malam sepi itu, hanya suara gaduh kita berdua yang memenuhi sudut-sudut malam, dimana engkau menyanyi sebuah lagu kenangan dengan nada yang mampu membubarkan kerumunan. Suara bising yang melebihi suara nge-rock vokalis band favoritmu Avenged Sevenfold, walaupun lebih sering kudengar engkau memutar lagu-lagu dari Bob Marley.

            Miss you so much atas Semangat dan kekacauan yang seakan sudah menjadi hal yang biasa dan kita yang mengibarkan kedua hal ini.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar