Suatu waktu saya membaca tulisan mengenai ketakutan
penduduk bumi terhadap lingkungan tempat mereka tinggal. Lingkungan terus saja
mengalami kondisi yang semakin buruk, pencairan es, radiasi, polusi merupakan
masalah yang terjadi dalam ekologi saat ini. Kegelisahan seperti inilah yang
dirasakan semua penduduk bumi pada era ini. Sehingga memunculkan berbagai
pertayaan spekulasi dalam benak mereka, Bagaimana jika semua es dikutub
mencair? Mau tinggal dimana kita? Apakah kita akan tetap hidup? Bagaimana jika
dunia semakin panas karena rusaknya ozon? Apakah mungkin sinar ultraviolet
langsung akan membakar rumah kita?
Seperti saya sendiri, saya sebagai manusia yang
hidup di bumi punya berbagai pertanyaan tentang hidup. Bukan saja tentang bumi
dan lingkungan, namun juga tentang Tuhan, manusia, atau mungkin tentang cinta.
Kadang saya bertanya entah pada siapa, atau mungkin terdengar seperti keluhan,
kenapa Nabi Adam harus memakan buah khuldi? Untuk apa sebenarnya hidup ini? Kenapa saya beda dengan yang lainnya?
Bagaimana masa depan saya? Siapa istri saya nantinya? Apakah dia cantik,
penyayang? Apakah nantinya semua akan sesuai dengan ekspentasi saya? Apakah
hidup memang seberat ini?. Saya sadar bahwa hidup ini sebagian besar diisi oleh
hal-hal yang tak penting. Iya, saya memang merasa gelisah terhadap hal-hal yang
saya anggap tak penting itu. Kadang ada suatu beban primordial yang berat
seperti menghantui siang-malam.
Apakah benar hidup serumit seperti yang saya
fikirkan? Apakah hidup memang harus menjadi kaya? Orang-orang seumuran saya
sudah pasti dihantui berbagai pertayaan tentang eksistensialis.
Saya seperti menemukan jawaban ini hanya dari sebuah
kalimat yang diutarakan oleh Confucius, katanya ‘Hidup sebenarnya sangat sederhana, kita sendiri yang membuatnya rumit’.
Kata-kata ini membuat saya memikirkannya untuk beberapa waktu. Memanknainya dengan
jauh, menggunakan logika sehat dan tidak terpengaruh oleh kekacauan yang selama
ini saya hadapi.
Perenungan saya akhirnya mendapati kesimpulan bahwa Hidup
memang berawal dari kegelisahan dan kekhawatiran yang memaksa kita untuk
menghadapinya. Yang menuntun kita untuk mencari tahu jawabannya, yang akan
membantu kita untuk bersikap bijak. Toh tanpa kekhawatiran seperti hari ini,
kita mungkin sudah terpenggal mati oleh kehampaan dan kekosongan. Kegelisahan
itulah yang membuat kita berfikir dan tetap waras menjalani hidup.
Ini yang kemudian membuka mata saya bahwa
kegelisahan yang saya alami ini adalah suatu hal yang tak perlu menjadi
kegelisahan lain. Selagi kita hidup memang itu adalah hal yang mungkin, kadang
menjadi sebuah sesuatu yang rumit. Namun kerumitan itu hanyalah buah dari
pemikiran kita sendiri yang terlalu banyak terbebani oleh pertanyaan-pertanyaan
tak penting. Tetaplah jalani hidup seperti yang dikatakan Lao Tzu bahwa ‘Hidup adalah rangkaian perubahan spontan
dan alami. Jangan melawannya, karena hanya akan menambah kesedihan. Biarkan
yang nyata menjadi kenyataan. Biarkan segala sesuatu mengalir alami ke depan
dengan cara yg disukai’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar