*untuk R, 12 Desember, dan hal-hal yang seharusnya sudah
usai
Aku mengangkat telfon dan bersahut suara wanita disana
Hey, ini aku
Bagaimana keadaanmu? Lalu
apa kabarmu?
Baik. (jawabku
singkat)
Aku telah lama
menunggu waktu untuk bisa sekedar berbincang denganmu melalui percakapan tatap
muka, apa daya aku tak pernah bisa untuk membagi waktuku, aku tahu kaupun
demikian. Sedangkan kau tak pernah menjawab satupun pesanku.
Siapa yang menahanmu
sekarang? Ini mungkin pertanyaan basa-basi karena sesungguhnya aku sudah tahu. Kamu
memang berhak mendapat yang lebih baik. Akupun di suatu tempat di kehidupan
telah ku mulai. Terimakasih telah mengajarkanku sebuah luka, perpisahan,
kehilangan dan kenyataan yang benar-benar sulit kuterima pada awalnya.
Maaf aku tak bisa
lama-lama, aku harus mandi dan membersihkan keringat yang makin tak nyaman ini.
Percakapanpun usai,
Pembicaraan kita seperti khotbah searah yang berkelindan
diantara suara berita televisi sore hari dan samar-samar lagu John Mayer yang
kuputar.
Saya hanya sempat melamun dan bergumam dalam hati setelah
itu.
Ah, aku sudah bosan
dengan bicaramu, yang dulu maupun yang baru saja, dibakar diatas baramu,
dimentahkan ke tanahmu. Berani-beraninya kau mengusik KE(TE)NANGAN ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar