Sabtu, 04 Mei 2013

Masih Terlalu Sore untuk Tidur


Tinggal di kota hujan pada masa pancaroba merupakan suatu yang agak menakutkan untuk terserang flu. Sama menakutkannya untuk tertular flu dari beberapa kawan yang sudah terkena virus jahanam bernama Rinovirus. Entah mengapa akhir-akhir ini saya mulai merasakan hal tersebut terjadi pada saya. Sedikit pusing-pusing dan tarikan nafas ada sesuatu yang mengganjal semacam air kental. Jika sudah begini biasanya saya mencari-cari vitamin C dengan harapan dapat memperkuat imun tubuh. Sore ini saya sedang membaca buku CEO Logic dengan posisi tiduran, tetapi saya sudah bosan ketika saya baru membaca sampai halaman kelima. Bukan karena buku ini membosankan atau tidak enak dibaca tapi karena kebisingan suara film yang diputar seorang kawan diluar (diruang tamu) sana yang menyebabkan keinginan untuk membaca harus ditunda beberapa saat, sangat tidak mungkin untuk tidak mendengar suara tersebut dalam kontrakan berukuran 11x5 meter ini. Ditambah pula dengan sound sistem volume penuh yang diputarnya. Saya menyerah untuk membaca dan memilih mengalihkan kegiatan dengan menulis. Ada beberapa tagihan menulis pribadi yang belum sempat terpenuhi. Saya tak sempat menulis beberapa hari kebelakang ini. Saya merasa ada banyak tekanan dari sana sini yang membuat saya menghabiskan banyak waktu untuk merenung dan mencari jalan keluar terbaik. Mungkin karena lelah menjalani rutinitas dan hal lain didalamnya.

Tapi saya selalu mencoba menjalani semua dengan santai, sesantai kami di kontrakan busuk ini jika lekas beranjak tidur dimalam hari. Selalu ada alasan bagi kami untuk tidur dihari yang hampir pagi. Entah karena berkelakar atau setelah minum secangkir Top Coffee yang ampun membuat mata ini selalu terjaga sepanjang malam. Ada kalanya kami memutar beberapa playlist musik. Kadang-kadang playlist milik saya yang berisi lagu-lagu Panic! At The Disco, The Upstairs, dan beberapa lagu lawas Boomerang, namun di beberapa waktu saya akan merasa sangat bosan dengan playlist kawan saya yang berisi terlalu banyak lagu dari Sheila on 7 dan diputar berulang-ulang pada lagu yang sama. Memang semua itu hanya untuk mengusir keheningan ketika kami tak berbincang dan lebih memilih menatap layar laptop dan sibuk dengan social media. Berbicara di dunia maya yang tak begitu jelas nada dan ekpresi itu, saya sedikit malas.

Proyek RL yang saya sket hampir disetiap malam jika lelah berkelakar telah sampai 95% dan minggu depan mungkin saya sudah bisa melihat hasil setahun ini. Sayangnya kantong lagi bolong belum bisa menikmati itu dengan tenang, uang sebesar itu tidak mudah dicari untuk pengangguran seperti saya. Uang itu tidak semudah didapat seperti Gayus Tambunan yang mengorupsi uang pajak, begitu juga tak semudah dengan anggota kepolisian Bali yang mendapat uang dengan memeras bule yang tak pakai helm seperti yang saya lihat beberapa waktu lalu di Youtube. Malam ini pusing tak tertahankan saya rasakan, saya yakin ini masih tentang tekanan yang saya dapat dari proyek itu. Saya sadar saya harus tetap waras menghadapi apapun. Keyakinan pada Tuhan dan diri saya sendiri akan membuat saya mudah menghadapinya. Saya bukan pemikir yang hebat yang dapat mencari solusi dengan satu kedipan mata, saya terlalu banyak pertimbangan ini itu. Walaupun itu memang pertimbangan bulshit tak berguna. Saya tidak tahu dan bahkan tidak mengerti sedikit pun. Mungkin saja ini proses kehidupan, atau memang kebenaran yang tak harus disesali untuk membentuk kita menjadi manusia dalam bentuk lain (baca: manusia lebih baik). Entahlah.

Jika ini merupakan apa yang saya maksud dengan proses. Akan ada banyak pertanyaan yang entah untuk siapa saya akan menanyakannya. Salah satunya “Apakah proses itu selalu menyakitkan dan menakutkan?” Sebuah pertanyaan konkret yang mungkin akan dipikirkan semua orang yang mengalami masa seperti yang saya rasakan. Tapi saya memang tidak akan jujur sepenuhnya pada tulisan ini tentang apa sesungguhnya yang menjadi masalah terbesar saya. Ya memang, saya takut nantinya Anda akan menganggap bahwa yang saya ceritakan bukanlah masalah yang besar atau mungkin Anda akan menganggap saya terlalu mengada-ada. Lebih dari itu sebenarnya sudah tak ada lagi semangat tersisa saya hari ini, bahkan untuk sekedar menjalani sisa hari ini. Saya bukan mengalah hanya mengkin terlalu lelah. Saya bukan menyerah tapi mungkin memang waktu untuk berserah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar