Kamis, 16 Mei 2013

Juara 1!! Demi Apa?!

Style Jawara Racing Look HOCS Ponorogo


Tercapai sudah harapan segenap punggawa AMV Modif’s untuk dapat meraih wildcard di kelas Racing Style. Adalah Honda Supra jahitan 2001 yang bernopol AE 3663 TM yang berhasil meraih gelar tersebut (yang notabene adalah motor milik saya) upss, sombong ya?. Motor ini pula yang nantinya akan dibawa ke Bandung guna menjalani Final Battle yang akan dihelat pada 7-8 Desember 2013 nanti. Pada Final Battle nanti motor ini akan diadu dengan juara dari 16 kota lain, yaitu dari Jember, Kediri, Pekanbaru, Banjarmasin, Kupang, Pontianak, Malang, Surabaya, Manado, Bangka, Bali, Solo, Palembang, Jakarta, Bandung, Makasar. AMV sendiri sebenarya sudah sering mendapat wildcard, tapi di lain kelas, contohnya tahun lalu AMV dapat wildcard dikelas extreme. Dan tahun ini dapat wildcard di kelas Racing Style adalah hal yang sakral dan pantas diberi tribute, seperti salah satu bentuk tribute nya mungkin tulisan ini.

Ada banyak cerita dibalik penggarapan motor ini, ada beberapa hal unik yang mungkin terlewatkan. Pada awal pengarapan ada perbedaan pandangan yang terjadi antara saya dan modifikator. Modifikator menyarankan untuk mengarah kekonsep cafe racer dengan pemakaian tameng depan Scoopy untuk mengikuti trend. Tapi saya lebih pede dengan kedok+tameng beat, saya kira model yang saya pikirkan ini juga belum kelewat jadul. Pada akhirnya pemikiran saya yang dipakai. Kemudian tentang lubang di rangka dan bagian lain yang menghiasi motor ini sangatlah frontal, bahkan untuk ongkos bubut sendiri sampai menelan budget sekitar 4 jutaan. Cerita berlanjut ketika tahap finishing, nyatanya Dimas Airbrush ‘dipaksa’ menyelesaikan pengecatannya hanya dalam waktu satu minggu. Bayangkan repotnya Dimas dengan grafis khas Racing Look yang rumit, waktu yang mepet menuju gelaran HOCS adalah alasannya. Problem berlanjut pada saat penyerasian universal motor, saya harus dua kali menebus handle dan selang rem karena warna keseluruhannya tidak masuk/tidak kontras. Ada rencana untuk membuat logo sayap terbang khas Honda pada jok aklirik, namun itu diurungkan karena ketiadaan waktu. Jadinya jok hanya ditempeli stiker khas racing seperti BRT, YSS, Wildwood, dll agar tak terkesan polos.

Tanggal 11 mei lalu sejatinya pasukan AMV Modif’s menurunkan 6 motor dan 3 diantara berhasil meraih 3 besar. Contohnya Tiger dari mas Galuh yang berhasil menduduki tempat ketiga pada kelas Custom Modify. Selain itu motor yang tahun lalu dipakai untuk Final Battle yaitu sebiji Vario Chooper dapat tempat kedua dikelas extreme. Saya yakin jika tahun lalu motor ini belum muncul di Final Battle jawara extreme pasti ditangan. Sayangnya regulasi mewajibkan untuk merombak motor lebih dari 50% jika ingin ikut ditahun berikutnya. Jantung saya berdebar kencang pada saat pukul 8 pada hari itu. Saya memelototi terus beranda Facebook dan Twitter berharap ada kawan yang update status tentang event ini. Namun sayang sekali, tampaknya kawan-kawan disana begitu menikmati sajian yang disuguhkan AHM sehingga tak sempat menyentuh gadget mereka. Saya mencoba menghubungi mas Cahyo, ketua sekaligus owner dari AMV Modif’s. Tapi telfon saya tak juga diangkat dan beberapa sms juga tak terbalas. Pukul sembilan kurang 20menit an seorang kawan  memberi komen pada sebuah foto saya dan mengatakan bahwa motor saya dapat juara 1. Saya tenang-tenang saja karena lebih menganggap itu sebuah guyonan, terlebih siangnya saya juga mendapat sms bahwa lawan-lawannya cukup berat. Saya hanya membalas kabar itu dengan mempertanyakan candanya. Tapi kawan lain juga mengirim kan sebuah pesan dengan nada yang sama. Saya yang penasaran akhirnya menelfon kawan yang lain dan benar saja jawabannya senada dengan apa yang telah saya dengar sebelumnya. Kegirangan saya akhirnya pecah disitu. Saya merasa sangat lega, ternyata perjuangan selama ini tidak sia-sia.

Overall saya cukup puas dengan motor saya yang berhasil menduduki peringkat pertama kelas Racing Style, di event nasional lagi, meskipun saya tak sempat merasakan keceriaan dan pesta sesungguhnya dari kawan-kawan disana. Tahu lah saya sedang study di Bogor dan jarak Ponorogo-Bogor tidaklah dekat, subsidi untuk tiket kereta api ekonomi pun kini sudah dihapus oleh pemerintah. Sialnya lagi kenaikan itu mencapai 100% lebih. Selain itu saya tidak mau lagi mengorbankan kuliah saya. Pihak kampus menetapkan ketentuan kehadiran yang ngeri. Saya tidak mau ambil risiko.

Bicara tentang konsep apa yang akan diterakpan untuk menyongsong Final Battle nanti, jujur saja saya belum memikirkan itu. J alasan saya sederhana dan manusiawi, Final Battle masih lama, masih 7 bulan lagi. Setengah tahun lebih, masih ada waktu untuk bersantai dan menghela napas. Hahaha.

Nb: jika dibolehkan saya minta doa lagi kepada kawan-kawan untuk dapat jadi yang terbaik lagi di Final Battle nanti. Terimakasih :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar