Alright, setelah mati lampu dan memasanaskan air
untuk membuat secangkir kopi kapal api yang entah punya siapa sejak kemarin
tergeletak dimeja samping galon. Saatnya menulis lagi, tapi ampun hari ini
sinyal hape ikut-ikutan ngajak ribut, mungkin karena hujan, mungkin juga karena
mati lampu. Ah dari mana analisis itu datang? Mengaitkan keadaan yang terjadi
ke sesuatu yang lain. Hal itu mengingatkan saya pada hari-hari 2 tahun lalu, dimana seorang kawan saya yang
paling sering mengajak saya debat. Ratusan kali saya beradu argumen dengan dia,
bahkan dalam percakapan itu dia sering membawa-bawa soal agama. Dan itu terjadi
dan terjadi lagi, saya pasti kalah jika hal itu sudah dibawa kepermukaan karena
jika melanjutkan percakapan ini pasti akan ada yang tersinggung. Makanya saya
selalu menghindarinya dan lebih memilih diam. Terserah dia mau bilang saya
kalah, kehabisan akal, dan mungkin terlalu lelah. Sayangnya mungkin alasan
terakhir itu tak pernah terfikirkan olehnya. Dia memang pandai bicara walaupun
tak mengerti betul tentang sebuah teori, kepandaiannya dalam berbicara selalu
menutupi semua itu. harusnya saya banyak berterimakasih dengan dia, karena dia
mengajarkanku tentang membuat segalanya tampak mungkin, bahkan dari sekedar tidak
mengerti apapun menjadi sok mengerti. Mengajarkan bahwa segalanya mungkin
bahkan dengan keidakmungkinan itu sendiri. Thanks
for the damn memories who make me like a king of fool. Remember!! Someday i'll
be back to kill your mind. Isn't a nice joke? hahaha
Hari-hari
yang melelahkan ketika saya harus mendengarkan teori keuntungan yang
diulang-ulang p=
TR-TC. Kami juga tak habis pikir ibu Anita mampu mengulang-ulang teori yang
itu-itu saja. Bahkan tak jarang menambah waktu menerangkan yang sudah 3 jam
itu. Saya, A dan M Seringnya hanya menguap dibangku paling belakang dan
mencari-cari celah untuk bercanda, menertawakan keadaan. Daripada mengantuk dan
ditegur bu Anita. Tapi kami juga harus memikirkan saat yang tepat dalam
bercanda itu. Kadang disaat dia menulis di depan papan tulis atau ketika dia
sedang mencari slide pembelajaran pada netbook Acer nya. Saya pun sering memerhatikan beberapa kawan
setelah mata kuliah ini selesai matanya terlihat seperti orang yang 3 hari
belum tidur. Bahkan A yang juga adalah teman kosan saya memilih tidur sampai
malam daripada mencari sesuatu untuk dimakan. Sayangnya minggu depan ibu Anita
sudah tidak mengajar dan diganti dengan dosen lain.
Saya
tahu segalanya butuh proses, saya pun menjalani proses tersebut, sampai try and
error sering saya lakukan. Tapi apa? Nyatanya saya butuh lebih dari sekedar
semangat untuk menjalani proses tersebut. Bahkan saya sangat membutuhkan passion dalam setiap hal. Setelah badai
kemalasan datang. Dan passion itu harus terus diisi. Megisi passion dengan hal-hal yang menyenangkan
memang tak ada salahnya. tapi mencari hal yang menyenangkan pun kini sulit
untukku. Entah mengapa. Mungkin karena kehidupanku kini yang datar-datar saja
atau karena bahagiaku hanya saat bersamanya. Asal tau saja saya saat ini lebih
dari sekedar bosan untuk menulis tulisan ini. Karena saat ini pun passion sudah habis dan saatnya untuk
diisi. Karena kebosanan sudah menyerang, sudah saatnya tulisan 3 paragraf yang
bukan apapun ini segera diakhiri. Dan saya harus mandi, mencuci baju yang
menggunung bak Mount Everest dan satu lagi. Ternyata sabunnya habis.
SAVE KPK, POLRI HYPOCRITE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar