Minggu, 07 Oktober 2012

Ode On The Other Side


            Alright, setelah mati lampu dan memasanaskan air untuk membuat secangkir kopi kapal api yang entah punya siapa sejak kemarin tergeletak dimeja samping galon. Saatnya menulis lagi, tapi ampun hari ini sinyal hape ikut-ikutan ngajak ribut, mungkin karena hujan, mungkin juga karena mati lampu. Ah dari mana analisis itu datang? Mengaitkan keadaan yang terjadi ke sesuatu yang lain. Hal itu mengingatkan saya pada hari-hari  2 tahun lalu, dimana seorang kawan saya yang paling sering mengajak saya debat. Ratusan kali saya beradu argumen dengan dia, bahkan dalam percakapan itu dia sering membawa-bawa soal agama. Dan itu terjadi dan terjadi lagi, saya pasti kalah jika hal itu sudah dibawa kepermukaan karena jika melanjutkan percakapan ini pasti akan ada yang tersinggung. Makanya saya selalu menghindarinya dan lebih memilih diam. Terserah dia mau bilang saya kalah, kehabisan akal, dan mungkin terlalu lelah. Sayangnya mungkin alasan terakhir itu tak pernah terfikirkan olehnya. Dia memang pandai bicara walaupun tak mengerti betul tentang sebuah teori, kepandaiannya dalam berbicara selalu menutupi semua itu. harusnya saya banyak berterimakasih dengan dia, karena dia mengajarkanku tentang membuat segalanya tampak mungkin, bahkan dari sekedar tidak mengerti apapun menjadi sok mengerti. Mengajarkan bahwa segalanya mungkin bahkan dengan keidakmungkinan itu sendiri. Thanks for the damn memories who make me like a king of fool. Remember!! Someday i'll be back to kill your mind. Isn't a nice joke? hahaha

            Hari-hari yang melelahkan ketika saya harus mendengarkan teori keuntungan yang diulang-ulang  p= TR-TC. Kami juga tak habis pikir ibu Anita mampu mengulang-ulang teori yang itu-itu saja. Bahkan tak jarang menambah waktu menerangkan yang sudah 3 jam itu. Saya, A dan M Seringnya hanya menguap dibangku paling belakang dan mencari-cari celah untuk bercanda, menertawakan keadaan. Daripada mengantuk dan ditegur bu Anita. Tapi kami juga harus memikirkan saat yang tepat dalam bercanda itu. Kadang disaat dia menulis di depan papan tulis atau ketika dia sedang mencari slide pembelajaran pada netbook Acer nya.  Saya pun sering memerhatikan beberapa kawan setelah mata kuliah ini selesai matanya terlihat seperti orang yang 3 hari belum tidur. Bahkan A yang juga adalah teman kosan saya memilih tidur sampai malam daripada mencari sesuatu untuk dimakan. Sayangnya minggu depan ibu Anita sudah tidak mengajar dan diganti dengan dosen lain.

            Saya tahu segalanya butuh proses, saya pun menjalani proses tersebut, sampai try and error sering saya lakukan. Tapi apa? Nyatanya saya butuh lebih dari sekedar semangat untuk menjalani proses tersebut. Bahkan saya sangat membutuhkan passion dalam setiap hal. Setelah badai kemalasan datang. Dan passion itu harus terus diisi. Megisi passion dengan hal-hal yang menyenangkan memang tak ada salahnya. tapi mencari hal yang menyenangkan pun kini sulit untukku. Entah mengapa. Mungkin karena kehidupanku kini yang datar-datar saja atau karena bahagiaku hanya saat bersamanya. Asal tau saja saya saat ini lebih dari sekedar bosan untuk menulis tulisan ini. Karena saat ini pun passion sudah habis dan saatnya untuk diisi. Karena kebosanan sudah menyerang, sudah saatnya tulisan 3 paragraf yang bukan apapun ini segera diakhiri. Dan saya harus mandi, mencuci baju yang menggunung bak Mount Everest dan satu lagi. Ternyata sabunnya habis.
SAVE KPK, POLRI HYPOCRITE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar