Selasa, 27 November 2012

Kenangan Ini Makin Mengganas

Untuk Purnomo a.k.a Chikung

 Aku menulis ini untukmu kawan, atas nama kenangan, meski tak panjang. Sebagai simbol atas semua yang pernah kita alami dalam setiap malam ataupun siang yang terik. Aku menulis ini dalam keadaan setengah mengantuk dan diterik siang pula. Maaf bila sedikit ngelantur. Tulisan ini tidak hanya untuk menunjukkan bahwa aku tetap mengingatmu, namun untukku ini lebih dari sebuah surat yang mengabarkan bahwa aku ingin menikmati tertawa-tawa bersama lagi dalam kehidupan kelabu personal kita dulu. Aku tetap menyimpan saat tawa kita bersama dalam lembaran ini. Aku tau kau disana sedang bekerja keras menggapai mimpimu yang dahulu pernah kau katakan di sore penghabisan bulan April beberapa tahun lalu. Aku yakin kau tetap ingat bahwa kau selalu bersedia membantu kawan lain walaupun kau menghadapi hidup sama busuknya dengan mereka.

Aku yakin kau tak banyak berubah, meski diterpa badai kehidupan dan lebatnya hujan kepercayaan diri. Seperti halnya dulu kau yang tak pernah menyerah menghadapi semua yang terjadi, dalam keadaan apapun kau tetap terlihat berusaha merubah sesuatu menjadi lebih baik. Aku sangat tahu itu, karena aku bukan temanmu yang baru satu,dua hari mengenalmu. Joke-joke mu sudah meracuni otakku dan aku tetap ingin untuk sekedar kita membicarakan tentang anak depan bengkel (tak usah menyebut nama, aku yakin kau tahu) atau ketika kita berdebat hebat hanya karena kalah dan menutupi kekalahan bermain Play Station. Sesuatu yang membuat kita menghabiskan banyak uang dan have fun. Aku ingat saat kawan lain ditimpa bancana, kau adalah orang pertama yang berinisiatif menolong dan mengulurkan tangan. Membantu semampumu dan tetap tersenyum.

 Sama seperti kau yang sedang berjuang disana, mengais ringgit demi ringgit. Aku disini dengan perjuangan yang sama, mungkin aku lebih ringan mungkin juga tidak. Tapi apa gunanya membahas itu, garis takdir sudah ditetapkan yang Diatas. Kita hanya perlu menjalani, dapat juga dikatakan berusaha. Kita menemukan tawa bersama saat masih mencari jati diri dengan berbagai masalah ababil yang ada. Saat ini memang kedewasaan sedikit menggusur. Aku tak ingin menanyakan kapan kita akan bertemu karena itu sudah pasti merupakan hal yang sulit kau jawab dan sulit kau tentukan. Tapi aku menyakinkan diri suatu saat pasti kita akan bernostalgia, hanya perkara waktu. Nostalgia yang gila mungkin.

 Satu yang lain jangan anggap aku lupa dengan diam ku ini. Diam bukan berarti lupa, kau tahu? Aku hanya perlu waktu mungkin sedetik lagi untuk menyapamu. Kemudian bicara tak tentu arah lagi, hahaha. Damn! I miss it. Kisah pertemanan memang bukan seperti menjadi yang sempurna, karena beberapa sebab kita tak selalu sepandang. Tapi itulah yang membuat kita belajar menghargai semua.

 Sampai saat ini sahabat sepertimu masih sulit kutemukan. Meski dalam semua hal biasa yang sempat memenuhi hari kita. Tapi bukankah kita tak perlu dianggap luar biasa untuk sebuah pertemanan ini. Aku yakin bukan karena tak pantas, tapi memang kita sudah luar biasa(diluar kebiasaan) dari sononya. Sehingga kita sudah bosan dengan stigma itu. Mungkinkah? Kau meragukannya? Aku juga.

 Maafkan aku jika tulisan ini nantinya hanya akan memenuhi ruangmu, bukan maksudku seperti itu. Ini hanya sebuah penegasan dari seorang kawan lama yang tak rela kenangan yang lalu berlalu pergi dan menjadi debu. Aku tahu ini bukan akhir segalanya. Tetaplah apa adanya, tetaplah tak sewajarnya, tetaplah menjadi kau yang dulu dengan personality mu itu. Kembalilah sebentar tengok si-nyek, Yudi dengan gaya barunya, Tonot yang semakin dewasa, dan ayo kita pegang stik lagi. Kau masih mau kan?

2 komentar: