“Tuhan bekerja dengan
cara yang misterius”
(potongan dialog dari film Life Of Pi)
Saya
berhutang inspirasi dari Ang Lee melalui film Life Of Pi. Tentang menjaga
kewajaran dalam kehidupan yang tidak adil ini. Banyak film yang telah saya
tonton sampai saat ini, namun saya kira tidak ada yang semegah ini. Dari
kekuatan cerita maupun pesan yang ingin disiratkan.
Setiap
yang kita yakini pasti memiliki cela, dengan berbagai keraguan yang
menyelimuti. Seperti juga agama, Pi menganut tiga agama sekaligus. Dilahirkan dan
mendapatkan keimanan sebagai seorang hindu, menemukan kasih Tuhan lewat Yesus
dan mendapat ketenangan dan kebersamaan dalam Islam. Pi mengalami apa yang pasti
dialami oleh perjalanan hidup manusia, keraguan dengan Tuhan.
Manusia
berproses untuk menjadi hari ini, tujuannya satu menjadi lebih baik. Seorang
yang beranjak dewasa yang mulai bertanya pada dirinya sendiri tentang apapun,
mulai mempelajari dunia dan memberi makna pada sesuatu. Pada sebuah scene
terlihat kegundahan hati Pi sambil membaca buku Albert Camus, selalu ada fase
dimana kita menganggap hidup sesuatu yang nihil dan tidak punya esensi apa-apa.
Suatu
hari Pi beserta keluarganya terpaksa pindah karena dewan kota berhenti mendanai
kebun binatang milik mereka. Tujuannya ke Kanada, beserta hewan-hewan di kebun
binatang mereka bawa serta. Keraguan iman Pi diuji lebih berat lagi ketika
badai menerjang kapal yang ditumpanginya. Pi terjebak dalam sekoci perahu
penyelamat bersama seekor harimau bengali dewasa. Berhari-hari, bahkan berbulan
Pi terapung di lautan Pasifik bersama hewan itu. Tak pernah terbayangkan ketika
ember, jaring, dan sebuah buku paduan bertahan hidup di lautan adalah harta
yang paling berharga buat Pi. Ditengah itu Pi sempat bertanya-tanya dan marah
kepada Tuhan karena badai yang turun mengombang-ambingkan sekoci lagi hingga
nyaris tenggelam. Pi marah kepada Tuhan atas apa yang dilakukan kepadanya.
Dalam
pergulatannya dengan samudra, Pi menemukan palau karnivora penuh meerkat. Pi
sempat berharap dapat tinggal selamanya, sebelum menyadari bahwa pulau ini tak
bisa ditempati oleh manusia. Segalanya yang diberikan pada siang hari akan
diambil lagi pada malam hari oleh pulau ini. Akhirnya Pi melanjutkan
pelayarannya dan pergi dari pulau yang tidak ada di peta maupun buku-buku
ini. Sebuah monolog yang dikatakan Pi “ketika tidak ada harapan untuk diselamatkan,
Ia (Tuhan) memberiku ketenangan lalu memberiku pertanda untuk melanjutkan
perjalananku.”
Dalam
kebuntuan-kebuntuan yang seringkali dialami Tuhan selalu bersama menjaga dan
mengawasi. Selayaknya kita selalu meyakini bahwa kehidupan kita terbentuk dari
pertanyaan dan keraguan-keraguan yang tak pernah terjawab. Sampai pada titiknya
semua pergi lalu menghilang, seperti kata Pi “pada akhirnya kita pasti akan melepaskan sesuatu dalam hidup ini.”
Setiap
orang memiliki ceritanya sendiri dalam menemukan usahanya Tuhan termasuk Pi
yang pernah berada pada fase antara hidup dan mati. Film ini didominasi oleh
monolog-monolog yang panjang, hampir sepanjang film. Sekalipun begitu tidak
membuat film ini menjadi kering dan membosankan. Banyak peristiwa yang harusnya
dapat kita ambil hikmahnya. Pada akhirnya bermuara pada keyakinan kita akan
Tuhan. Saya ingin seperti Pi yang tidak menyerah dalam keadaan apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar