Minggu, 06 Juli 2014

Pariwara Capres

Ada satu pernyataan dalam pemasaran yang mengatakan bahwa “Sebenarnya saya tidak terlalu tertarik dengan produk itu. Tapi produk itu mengigatkanku dengan sesuatu yang berharga bagi saya. Makanya saya membelinya.”.

Ini penting. Sebuah dorongan untuk merubah pikiran seseorang datang dari sebuah iklan atau promosi akan sebuah produk. Dengan kata lain pengaruh iklan begitu vital. Inti utama dan yang pertama tentunya membuat promosi menjadi menarik agar mendapatkan perhatian.

Teknik-teknik dalam marketing ataupun beriklan sudah sangat luas. Saking luasnya cara promosi lama yang salah satunya disebut dengan word of mouth sepertinya sudah tidak menemukan relevansinya lagi. Sudah saya buktikan pada tugas akhir saya pada aspek pemasaran saya memasukkan cara promosi usang ini, nyatanya dicerca habis oleh dosen pembimbing saya. Cara promosi dari mulut ke mulut sudah digantikan perkembangannya dengan sesuatu cara promosi yang lebih terstruktur dan jelas seiring teknologi yang semakin maju.

Berkaitan dengan tahun ini, tahun yang disebut sebagai pesta demokrasi. Cara-cara promosi capres  –kampanye- semakin beragam. Bukan hanya dengan promosi yang sehat, cara yang bisa dibilang agak menyimpang pun tak jarang dihalalkan mereka. Kasus baru-baru ini tentu saja masalah Setyardi Budiono dengan kontroversi majalah Obor Rakyat nya. Pada majalah ini antara fakta ataupun kampanye hitam juga masih terasa blur.

Pikir saya untuk masalah kampanye ini Prabowo lebih unggul, Prabowo pintar menyasar golongan muda dalam promosinya atau dalam hal marketing disebut segmentasi yang ditetapkan Prabowo adalah golongan muda yang bergejolak dan selalu ingin perubahan.

Berkaca dari media yang paling umum seperti media televisi Prabowo membuat iklan memanfaatkan olahraga paling populer di Indonesia yaitu sepakbola, dalam salah satu Prabowo iklan bahkan capres nomor urut satu ini terlihat sedang bermain bola dengan anak-anak. Dengan awalan iklan yang selalu narsis ‘saya Prabowo Subianto’ dan seolah ingin menunjukkan eksistensinya atau memunculkan ingatan dibenak rakyat. Ini juga hal penting dalam marketing saya kira, pengulangan-pengulangan yang berkelanjutan memunculkan stimulasi di benak konsumen yang dalam ingatan dalam jangka panjang. Ini brand image yang coba dimunculkan oleh Prabowo.

Beda dengan Jokowi, capres nomor urut dua ini, jika saya bilang bermain diwilayah promosi yang agak berbeda. Blusukan kini menjadi ciri khas yang membedakan dengan Prabowo, ini menjadi poin plus sendiri dimata rakyat. Rakyat memaknai apa yang dilakukan Jokowi ini sebagai suatu sikap yang pro rakyat. Walaupun memang tidak terlepas dari kampanye dimedia televisi. Iklan Jokowi lebih menegaskan kesederhanaan yang menjadi citra dirinya saat ini.

Pesta demokrasi tahun ini memang sangat berbeda, beberapa pihak yang dulu anti politis juga apatis, justru tak segan menunjukkan pilihan mereka. Hal ini sangat erat dalam kampanye yang dilakukan oleh capres yang mencalonkan diri. Saya kira visi misi kedua calon tetaplah seragam dan terkesan biasa saja. Ada beberapa poin yang saya kira mengarah ke ambiguitas malahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar