Tinggal di kota hujan pada masa pancaroba merupakan
suatu yang agak menakutkan untuk terserang flu. Sama menakutkannya untuk
tertular flu dari beberapa kawan yang sudah terkena virus jahanam bernama
Rinovirus. Entah mengapa akhir-akhir ini saya mulai merasakan hal tersebut
terjadi pada saya. Sedikit pusing-pusing dan tarikan nafas ada sesuatu yang
mengganjal semacam air kental. Jika sudah begini biasanya saya mencari-cari
vitamin C dengan harapan dapat memperkuat imun tubuh. Sore ini saya sedang
membaca buku CEO Logic dengan posisi tiduran, tetapi saya sudah bosan ketika
saya baru membaca sampai halaman kelima. Bukan karena buku ini membosankan atau
tidak enak dibaca tapi karena kebisingan suara film yang diputar seorang kawan
diluar (diruang tamu) sana yang menyebabkan keinginan untuk membaca harus
ditunda beberapa saat, sangat tidak mungkin untuk tidak mendengar suara
tersebut dalam kontrakan berukuran 11x5 meter ini. Ditambah pula dengan sound
sistem volume penuh yang diputarnya. Saya menyerah untuk membaca dan memilih
mengalihkan kegiatan dengan menulis. Ada beberapa tagihan menulis pribadi yang
belum sempat terpenuhi. Saya tak sempat menulis beberapa hari kebelakang ini.
Saya merasa ada banyak tekanan dari sana sini yang membuat saya menghabiskan
banyak waktu untuk merenung dan mencari jalan keluar terbaik. Mungkin karena
lelah menjalani rutinitas dan hal lain didalamnya.
Proyek RL yang saya sket hampir disetiap malam jika
lelah berkelakar telah sampai 95% dan minggu depan mungkin saya sudah bisa melihat
hasil setahun ini. Sayangnya kantong lagi bolong belum bisa menikmati itu
dengan tenang, uang sebesar itu tidak mudah dicari untuk pengangguran seperti
saya. Uang itu tidak semudah didapat seperti Gayus Tambunan yang mengorupsi
uang pajak, begitu juga tak semudah dengan anggota kepolisian Bali yang
mendapat uang dengan memeras bule yang tak pakai helm seperti yang saya lihat
beberapa waktu lalu di Youtube. Malam ini pusing tak tertahankan saya rasakan,
saya yakin ini masih tentang tekanan yang saya dapat dari proyek itu. Saya
sadar saya harus tetap waras menghadapi apapun. Keyakinan pada Tuhan dan diri
saya sendiri akan membuat saya mudah menghadapinya. Saya bukan pemikir yang
hebat yang dapat mencari solusi dengan satu kedipan mata, saya terlalu banyak
pertimbangan ini itu. Walaupun itu memang pertimbangan bulshit tak berguna.
Saya tidak tahu dan bahkan tidak mengerti sedikit pun. Mungkin saja ini proses
kehidupan, atau memang kebenaran yang tak harus disesali untuk membentuk kita
menjadi manusia dalam bentuk lain (baca: manusia lebih baik). Entahlah.
Jika ini merupakan apa yang saya maksud dengan
proses. Akan ada banyak pertanyaan yang entah untuk siapa saya akan
menanyakannya. Salah satunya “Apakah proses itu selalu menyakitkan dan
menakutkan?” Sebuah pertanyaan konkret yang mungkin akan dipikirkan semua orang
yang mengalami masa seperti yang saya rasakan. Tapi saya memang tidak akan
jujur sepenuhnya pada tulisan ini tentang apa sesungguhnya yang menjadi masalah
terbesar saya. Ya memang, saya takut nantinya Anda akan menganggap bahwa yang
saya ceritakan bukanlah masalah yang besar atau mungkin Anda akan menganggap
saya terlalu mengada-ada. Lebih dari itu sebenarnya sudah tak ada lagi semangat
tersisa saya hari ini, bahkan untuk sekedar menjalani sisa hari ini. Saya bukan
mengalah hanya mengkin terlalu lelah. Saya bukan menyerah tapi mungkin memang
waktu untuk berserah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar