![]() |
Style Jawara Racing Look HOCS Ponorogo |
Tercapai sudah harapan segenap punggawa AMV Modif’s untuk dapat
meraih wildcard di kelas Racing Style. Adalah Honda Supra jahitan 2001 yang
bernopol AE 3663 TM yang berhasil meraih gelar tersebut (yang notabene adalah
motor milik saya) upss, sombong ya?. Motor ini pula yang nantinya akan dibawa
ke Bandung guna menjalani Final Battle
yang akan dihelat pada 7-8 Desember 2013 nanti. Pada Final Battle nanti motor ini akan diadu dengan juara dari 16 kota
lain, yaitu dari Jember, Kediri, Pekanbaru, Banjarmasin, Kupang, Pontianak,
Malang, Surabaya, Manado, Bangka, Bali, Solo, Palembang, Jakarta, Bandung,
Makasar. AMV sendiri sebenarya sudah sering mendapat wildcard, tapi di lain
kelas, contohnya tahun lalu AMV dapat wildcard dikelas extreme. Dan tahun ini dapat wildcard di kelas Racing Style adalah
hal yang sakral dan pantas diberi tribute,
seperti salah satu bentuk tribute nya
mungkin tulisan ini.
Ada banyak cerita dibalik penggarapan motor ini, ada
beberapa hal unik yang mungkin terlewatkan. Pada awal pengarapan ada perbedaan
pandangan yang terjadi antara saya dan modifikator. Modifikator menyarankan
untuk mengarah kekonsep cafe racer
dengan pemakaian tameng depan Scoopy untuk mengikuti trend. Tapi saya lebih
pede dengan kedok+tameng beat, saya kira model yang saya pikirkan ini juga
belum kelewat jadul. Pada akhirnya pemikiran saya yang dipakai. Kemudian
tentang lubang di rangka dan bagian lain yang menghiasi motor ini sangatlah
frontal, bahkan untuk ongkos bubut sendiri sampai menelan budget sekitar 4
jutaan. Cerita berlanjut ketika tahap finishing, nyatanya Dimas Airbrush
‘dipaksa’ menyelesaikan pengecatannya hanya dalam waktu satu minggu. Bayangkan
repotnya Dimas dengan grafis khas Racing Look yang rumit, waktu yang mepet
menuju gelaran HOCS adalah alasannya. Problem berlanjut pada saat penyerasian
universal motor, saya harus dua kali menebus handle dan selang rem karena warna
keseluruhannya tidak masuk/tidak kontras. Ada rencana untuk membuat logo sayap
terbang khas Honda pada jok aklirik, namun itu diurungkan karena ketiadaan
waktu. Jadinya jok hanya ditempeli stiker khas racing seperti BRT, YSS,
Wildwood, dll agar tak terkesan polos.
Tanggal 11 mei lalu sejatinya pasukan AMV Modif’s menurunkan
6 motor dan 3 diantara berhasil meraih 3 besar. Contohnya Tiger dari mas Galuh
yang berhasil menduduki tempat ketiga pada kelas Custom Modify. Selain itu
motor yang tahun lalu dipakai untuk Final Battle yaitu sebiji Vario Chooper
dapat tempat kedua dikelas extreme. Saya
yakin jika tahun lalu motor ini belum muncul di Final Battle jawara extreme pasti ditangan. Sayangnya regulasi mewajibkan untuk merombak motor lebih dari 50%
jika ingin ikut ditahun berikutnya. Jantung saya berdebar kencang pada saat
pukul 8 pada hari itu. Saya memelototi terus beranda Facebook dan Twitter
berharap ada kawan yang update status tentang event ini. Namun sayang sekali,
tampaknya kawan-kawan disana begitu menikmati sajian yang disuguhkan AHM
sehingga tak sempat menyentuh gadget mereka. Saya mencoba menghubungi mas
Cahyo, ketua sekaligus owner dari AMV
Modif’s. Tapi telfon saya tak juga diangkat dan beberapa sms juga tak terbalas.
Pukul sembilan kurang 20menit an seorang kawan
memberi komen pada sebuah foto saya dan mengatakan bahwa motor saya
dapat juara 1. Saya tenang-tenang saja karena lebih menganggap itu sebuah
guyonan, terlebih siangnya saya juga mendapat sms bahwa lawan-lawannya cukup
berat. Saya hanya membalas kabar itu dengan mempertanyakan candanya. Tapi kawan
lain juga mengirim kan sebuah pesan dengan nada yang sama. Saya yang penasaran
akhirnya menelfon kawan yang lain dan benar saja jawabannya senada dengan apa
yang telah saya dengar sebelumnya. Kegirangan saya akhirnya pecah disitu. Saya merasa
sangat lega, ternyata perjuangan selama ini tidak sia-sia.
Overall saya cukup
puas dengan motor saya yang berhasil menduduki peringkat pertama kelas Racing
Style, di event nasional lagi, meskipun saya tak sempat merasakan keceriaan dan pesta sesungguhnya dari
kawan-kawan disana. Tahu lah saya sedang study di Bogor dan jarak
Ponorogo-Bogor tidaklah dekat, subsidi untuk tiket kereta api ekonomi pun kini
sudah dihapus oleh pemerintah. Sialnya lagi kenaikan itu mencapai 100% lebih. Selain
itu saya tidak mau lagi mengorbankan kuliah saya. Pihak kampus menetapkan ketentuan
kehadiran yang ngeri. Saya tidak mau ambil risiko.
Bicara tentang konsep apa yang akan diterakpan untuk
menyongsong Final Battle nanti, jujur saja saya belum memikirkan itu. J alasan saya sederhana
dan manusiawi, Final Battle masih lama, masih 7 bulan lagi. Setengah tahun
lebih, masih ada waktu untuk bersantai dan menghela napas. Hahaha.
Nb: jika dibolehkan saya minta doa lagi kepada kawan-kawan untuk
dapat jadi yang terbaik lagi di Final Battle nanti. Terimakasih :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar